Pages

Sunday, November 22, 2009

Cicak Vs Buaya Versi Dulu

INILAH.COM, Jakarta - Sebelum era sekarang, sekitar era 1980-an Iwan Fals dan Naniel sudah menyebut Cicak vs Buaya dalam lagu Besar dan Kecil yang termuat dalam album Belum ada Judul.


Iwan Fals ingat bahwa lagu lama yang ia ciptakan pada 1984 itu bertutur tentang kekuasaan. "Dulu, saya juga menggunakan istilah 'Cicak dan Buaya'. Nggak nyangka ini jadi kenyataan. Sedih juga," imbuhnya.

Lantas di pihak manakah dukungan Iwan Fals?

"Saya nggak mendukung pihak mana pun. Saya sedih untuk KPK juga sedih untuk polisi. Mari bersama-sama tunggu pembuktian di pengadilan," sarannya.

Lalu ada juga Benyamin S yang mencipta lagu tentang antikorupsi. Liriknya seperti ini:

Oh Siti Hawa gara-gara kau kita hidup begini Dari surga dipindahin ke bumi Coba kalau kita tidak curi buah khuldi

Padahal kita sudah enak-enakan disurga, Coba, apa-apa ada. Kita bebas telanjang ga' apa-apa

Coba kalau sekarang. Dipotret sama wartawan

Dari itu nyok' deh kita berenti korupsi.. stop.. stop.. stop... Yang akhirnya suseh sendiri, deg-degan tidur

Biar pastur, biar haji tak perduli. Kalau korupsi ditangkep polisi...

Begitu syair lengkap dari lagu Salah Comot yang dibuat almarhum Benyamin Sueb pada 1995. Gaya kocak dan sekenanya memang asli milik seniman kenamaan asal Betawi, atau tanah Jakarta ini. Tentu akan lebih asyik jika mendengar lagu ini, karena akan terdengar kelucuan dan gaya menyanyi almarhum pada lagu berirama jazz rock itu.

Kocak. Tentu saja. Karena kita semua tahu, almarhum jago dalam hal mengocok perut dengan segala tingkah laku dan tutur bernada banyol. Lagu itu oleh keluarga almarhum akhirnya disepakati untuk diserahkan pada KPK.

"Sebelumnya kami bingung mau diserahin ke mana?" ujar Beib Benyamin Sueb, anak tertua dari almarhum Bang Ben ketika menyerahkan rekaman asli lagu itu pada Ketua KPK Taufiequrrahman Ruki, akhir pekan lalu (16/11).

Dia menambahkan, ini lagu kedua yang almarhum ciptakan tentang korupsi. Lagu lain yang sudah disebarluaskan berjudul Pungli. Beib menjelaskan ayahnya terinspirasi membuat lagu itu saat bekerja sebagai kondektur bus angkutan umum. Satu saat, supir bus itu mendesak almarhum mencatut uang setoran. "Babe langsung menolak, lalu berhenti jadi kondektur," katanya sambil menambahkan saat itu almarhum baru memiliki Beib dari hasil perkawinannya dan hidup pas-pasan.

Bimbim, mewakili personel Slank, menumpahkan rasa kekecawaannya. Ia mengatakan, "Soal korupsi, Slank bukan kecewa. Tapi tersinggung, mau marah, dan nangis. Tapi bagi saya KPK jangan takut kalau untuk kebenaran dan jangan ragu."

Slank memang terkenal konsisten menyuarakan lagu-lagu kritikan terhadap pemerintah dan lingkungan sosial. Dan korupsi adalah tema lagu yang sudah dibawakan Slank sejak dulu.

"KPK bagi kita adalah satu harapan bagi bangsa. Slank akan selalu ada di depan, di tengah dan di belakang. KPK itu kayak oasis, jadi bangsa Indonesia itu di tengah padang pasir dan menemukan oasis. Jadi kita dukung dengan cara damai. Kita harus berantas korupsi," jelas Bimbim.

Sementara, merasa prihatin terhadap upaya kriminalisasi KPK, lima musisi Indonesia merekam lagu KPK di Dadaku. Lagu itu disebarluaskan kepada masyarakat melalui nada dering yang dapat diunduh secara gratis oleh masyarakat.

Lagu itu iramanya merupakan penggalan dari lagu milik grup Netral yakni, Garuda di Dadaku. "Kita mengambil bagian refrain lagu tersebut yang merupakan adaptasi dari lagu daerah Apuse," kata Bagus, vokalis Netral.

Selain Netral, musisi lain yang terlibat dalam produksi lagu itu adalah Once 'Dewa', Fariz RM, Kadri, Jimo 'KJP', dan Cholil 'Efek Rumah Kaca'.

Lagu penuh bisa diunduh secara gratis melalui www.myspace.com/efekrumahkaca. "Selain itu juga bisa diunduh melalui berbagai link," kata Adib Hidayat, mewakili Rolling Stone Indonesia.

Teten Masduki dari Indonesian Corruption Watch menyambut gembira nada dering lagu itu. "Ini merupakan satu apresiasiai dari musisi terhadap budaya kotor yakni korupsi. Korupsi banyak terjadi dimana-mana, termasuk pembajakan di dunia musik yang jarang diperhatikan," katanya.

Teten berharap lagu itu diunduh banyak orang sebagai bentuk perlawanan masyarakat banyak yang bersemangat memerangi korupsi.

Menurut Jimo dari KJP, lagu Garuda di Dadaku mempunyai makna yang dalam sebagai rasa kebanggaan terhadap Indonesia. "Kami senang bisa berpartisipasi dalam proyek ini," ungkap Jimo.

Lagu itu direkam di Studio Santorini. "Waktunya memang mepet cuma lima jam, pakai mati lampu lagi," terang Kadri yang menangani vokal para musisi yang terlibat.

Menurut Irma yang mengurus rekaman itu, saat ini nada dering lagu tersebut sudah banyak dipakai orang. "Kita berharap semakin banyak yang memakainya sebagai bentuk perlawanan terhadap kriminalisasi KPK," katanya.

Gerakan perlawanan terhadap korupsi boleh jadi memang makin bergaung ketika dilantunkan melalui lagu. Maklum, lagu atau musik adalah bahasa universal yang bisa diterima siapa saja. [mor]


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...